
Nampak
banner-banner promosi kegiatan pariwisata yang dipamerkan Dinas
Pariwisata Provinsi Papua, di sasana krida Kantor Gubernur Papua,
Senin(7/4) Foto: Albert/Jubi
Jayapura, 7/4 (Jubi ) – Ukiran-ukiran khas Kabupaten Asmat yang
memiliki tingkat kesulitan dan nilai seni tinggi, kini sudah mulai
‘dikuasai’ olej para perajin ukiran Bali. Padahal, sebelumnya, seni ukir
Asmat hanya mampu dikerjakan orang Asmat sendiri.
“Jangan kaget, kalau sekarang lihat ukiran Asmat di Bali atau di
tempat lain. Mungkin itu ukiran bukan dikerjakan orang Asmat, tapi bisa
jadi itu berasal dari Provinsi Bali, yang dikerjakan orang Bali
sendiri,” kata salah seorang pemerhati Pariwisata Papua, Mian
Simanjuntak kepada tabloidjubi.com, Senin(7/4 ).
Menurut Mian, dirinya sangat berharap ada perhatian yang serius
kepada para seniman Papua dan semua hasil karya yang dihasilkan,
sehingga potensi dan kekayaan seni dan budaya bisa bertumbuh dengan baik
dan menjadi kekuatan bagi orang Papua.
“Saya melihat tidak banyak pemimpin di Papua yang peduli terhadap
hasil karya seniman Papua.Juga kepeduliannya pada dunia pariwisata.
Padahal, semua unsur ada terkandung dalam pariwisata, baik seni, budaya,
ekonomi, estetika dan nilai-nilai lainnya. Kalau hal ini dipahami
dengan baik, akan memberikan efek atau dampak yang cukup besar bagi
pembangunan di Papua,” jelasnya.
Kepala Seksi Promosi Wisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kretatif
Provinsi Papua, Fidella Rettob, mengakui bahwa ukiran khas Kabupaten
Asmat bisa dikerjakan para pengukir di Bali dan banyak diperdagangkan.
Hal ini juga yang menjadi keprihatinannya.
“Banyak faktor penghambat bagi tumbuh kembangnya Pariwisata di Papua,
baik soal keamanan maupun soal dana. Saya pikir kalau semua pihak
serius dan merasa dunia seni, budaya dan pariwisata adalah hal yang
penting, pasti pariwisata Papua akan menjadi lebih baik,” tandasnya
kepada tabloidjubi.com saat ditemui, Senin (7/4).sumber: (Albert/Jubi)