PNWP & KNPB

TANAH PAPUA

TPNPB - OPM

POLHUKAM

NASIONAL & INTERNASIONAL

Latest Post

Mengawal Dubes Amerika Serikat di Papua


KABAR terbaru mengungkapkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake, besok, Minggu 17 Januari 2016, akan berkunjung ke Papua.


Robert Blake, Duta Besar (State Dept.)Diplomat nomor satu Amerika Serikat di Indonesia itu, kabarnya didampingi oleh sebuah tim dari Merdeka Selatan, yang relatif cukup besar atau komplit.

Jumlah delegasi tidak kurang dari 8 orang. Di antaranya ada Atase Pertahanan, Atase Angkatan Udara dan Ketua Tim Perluasan. Sementara agendanya, selain bertemu dengan para pejabat tinggi daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat, mereka juga bertemu dengan sejumlah aktivis.

Dubes AS dan rombongan akan berada di bumi Papua selama kurang lebih satu minggu. Sebuah waktu yang relatif sangat panjang.

Melihat jumlah rombongan, agenda, momen dan waktu kunjungan yang relatif cukup lama, lawatan Dubes AS ini, jelas bukan sebuah perjalanan wisata. Kunjungan ini juga tidak bisa dianggap sebagai lawatan biasa dari seorang kepala perwakilan negara sahabat di Indonesia.

Hasil dari kunjungan ini mungkin baru akan bisa dilihat beberapa waktu mendatang.

Untuk menebak apalagi mencurigainya, tentu saja sangat tidak bijak. Bahkan mungkin kalau tebakan atau spekulasi itu dilakukan, bisa dianggap sebagai sebuah pelanggaran. Sebab mengkritisi sebuah kunjungan diplomatik, bisa ditafsirkan menebar sebuah kecurigaan yang tak berdasar. Lagi pula perjalanan itu merupakan bagian dari hak yang melekat dari sebuah perwakilan negara sahabat.

Namun entah mengapa, begitu membaca berita tersebut di website kantor berita nasional Antara, perasaan untuk menulis apa yang sedang anda baca saat ini, begitu kuat.

Kunjungan itu jelas menyisakan berbagai pertanyaan.

Sebab selama ini baru sekarang Kedubes Amerika Serikat memutuskan untuk mengirim diplomatnya ke Papua. Sementara Papua selama ini menjadi pulau yang ramai diberitakan banyak mendapat gangguan dari kelompok separatis. Dan separatis ini dicurigai memperoleh bantuan dari pihak asing.

Selain itu, kunjungan ini jatuh pada waktu pemerintah Indonesia sedang dikejar-kejar permintaan oleh pengusaha raksasa tambang Amerika Serikat. Perusahaaan dimaksud adalah PT Freeport yang menginginkan agar segera dipastikan bisa atau jadi tidaknya perpanjangan kontrak kerja perusahaan tersebut beroperasi terus di bumi Papua.

Sementara di Indonesia sendiri masih terbelah pendapat tentang eksisnya PT Freeport di Papua.

Sejumlah opini dirumorkan, pihak Amerika Serikat sangat berkepentingan atas bertahannya PT Freeport untuk terus beroperasi di Papua. Sehingga setiap persoalan yang berkaitan dengan PT Freeport selalu dikaitkan dengan pemerintah Washington.

Dalam agenda rombongan Dubes AS ke Papua tidak ada kunjungan ke lokasi PT Freeport di Timika. Kendati demikian, hal tersebut tidak berarti mengurangi makna kepedulian pemerintah Amerika Serikat terhadap perusahaan itu.

Sebab sudah menjadi rahasia umum, Amerika Serikat memiliki kebijakan korporat yang selalu melindungi atau membela setiap warga, aset atau perusahaan yang berbendera Amerika Serikat, di manapun itu berada.

Sehingga kalaupun tidak ada kunjungan ke PT Freeport, tidak berarti, Kedubes AS tidak memberikan perhatiannya ke perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu. Kepedulian itu bisa dilakukannya lewat Gubernur Papua di ibukota provinsi atau melalui cara-cara lain.

Namun apapun bentuk dan hasilnya, kunjungan diplomat AS ke bumi Papua ini, tetap memiliki banyak sisi yang harus dicermati.

Oleh sebab itu kita juga patut bertanya, mengapa baru kali ini Kedubes Amerika Serikat memutuskan mengirim Dubes dengan anggota delegasinya yang cukup besar ke Papua. Ada apa gerangan ?

Pertanyaan ini mengemuka, sebab sudah menjadi bahan pembicaraan publik bahwa Amerika Serikat dicurigai memiliki agenda tersendiri di Papua.

Negara ini, setidaknya melalui sejumlah aktivis di Amerika Utara dan kawasan Pasifik, disebut-sebut sebagai pihak yang mendorong diadakannya evaluasi atas status Papua sebagai bagian dari NKRI.

Ini dibuktikan dengan terbentuknya kaukus di Amerika Serikat yang berisikan politisi atau pemerhati yang menginginkan agar Papua harus dilepaskan keterikatannya dengan Indonesia.

Kunjungan Dubes AS ke Papua ini, mengingatkan sebuah peristiwa kecil tapi dampaknya sangat besar.

Sebelum keputusan diadakannya referendum di Timor Timur, Dubes Australia untuk Indonesia, John McCarthy, mendesak Indonesia untuk mengizinkan pembukaan Konsulat Jenderal negara itu di Dili.

Spekulasi sekaligus kecurigaan pun mengemuka. Sebab pada tahun itu - 1998, jumlah warga Australia yang menetap atau berkunjungan ke Dili, ibukota provinsi Timor Timur, relatif sangat kecil. Dari sisi data ini, Australia sebenarnya tidak memerlukan kantor perwakilan.

Namun Indonesia tidak bisa menolak. Akhirnya perwakilan Australia itu dibuka di provinsi termuda Indonesia tersebut.

Indonesia baru sadar, belakangan, perwakilan Australia di Dili itu menjadi basis penggerak dukungan negara tetangga itu untuk memisahkan dari Indonesia.

Diawali dengan dipilihnya jenderal Australia memimpin pasuka PBB di Timor Timur menjelang referendum. Sampai akhirnya referendum dimenangkan pihak yang anti-Indonesia. Australianisasi di Timor Timur menjadi sesuatu yang mengejutkan, ketika di wilayah itu, mata uang Australia lebih laku ketimbang rupiah.

Dalam konteks Papua, sepintas tidak ada relevansinya dengan peristiwa lepasnya Timor Timur di tahun 1999.

Tetapi Profesor Bilveer Singh, seorang pengamat politik dari Singapura pada satu kesempatan di tahun 2010 telah mengingatkan bahaya atas kemungkinan lepasnya Papua dari Indonesia.

Sebab situasi Papua relatif lebih sulit ditahan Indonesia ketimbang Timor Timur. Infiltrasi asing di Papua jauh lebih muda sementara kemampuan Indonesia mendeteksi relatif lemah. Terutama karena wilayah Papua yang lebih luas serta masih terdiri dari banyak hutan perawan.

Nah untuk yang ringan saja (Timor Timur), kata Singh, Indonesia tidak mampu mempertahankannya, bagaimana dengan yang lebih berat (Papua)?

Pernyataan itu disampaikannya pada satu pesta di Hotel Danau Sunter, Jakarta Utara. Acara itu bukanlah sebuah pertemuan politik. Melainkan sebuah perayaan pesta yang digelar Sugeng Sarjadi (almarhum) untuk menghormati sahabatnya yang juga berkewargaan negara Singapura, keturunan India. Namun yang hadir antara lain para bekas petinggi militer. Mereka adalah jenderal pensiunan seperti Wiranto, Sutiyoso dan Ryamirzad Ryacudu.

"Separatisme di Papua tidak boleh dianggap enteng. Saya khawatir dengan krisis berkepenjangan yang dihadapi Indonesia saat ini, Jakarta tidak akan bisa mempertahankan Papua", ujar Singh pada malam lima tahun lalu itu.

Dalam dokumen penulis, selain ketiga jenderal itu, saya sempat bertukar kartu nama dengan Komisaris Besar Tito Karnavian (kini Kapolda Metro berpangkat bintang dua dan sebelumnya Kapolda Papua) dan Kolonel Agus Surya Bhakti (kini Panglima Kodam Hasanuddin)

Ketika saya renungkan analisa Bilveer Singh, analisanya, memiliki kebenaran dengan apa yang dihadapi Indonesia terhadap Papua saat ini.

Itu sebabnya, kunjungan Dubes AS di Papua, perlu kita kawal. Dalam arti seluas-luasnya. [***]

OLEH: DEREK MANANGKA
*penulis merupakan jurnalis senior - www.rmol.co
"Penting-Nya Hidup atau Gaji Tanpa Kerja"

Saat ini, Pangkalan militer dibangun seluruh pelosok Tanah Papua merupakan salah satu kebijakan yang ekpansi demi mempertahankan West Papua dalam koloni Indonesia. Kemudian Indonesia dengan bijak mengambil beberapa kebijakan politiknya demi perubahan wilayah, daerah dan kampung semakin meluas dalam kehidupan sosial. Bahkan di tingkat domestik juga tak terluput dengan pemaparan hasil pembanguanan selama ini, di mata dunia internasional tetapi itu semuanya berperan sepihak dari pemerintah Indonesia sendiri. 

Dengan demkian, kebijakan politik koloni terhadap suatu bangsa tak dapat dikredibelkan oleh publik-Nya, akibat ketidakresponan dari setiap penguasa yang berdali mempertahan kedaulatan-Nya, dengan pendekatan pembangunan yang mengarah pada kepentingan individualisme bagi segelintir penguasa.
Kemudian beberapa faksi dari barisan merah putih dalam negeri mendirikan benteng-benteng perlawanan di sudut-sudut kota maupun daerah-daerah terpencil semakin gencar. Tujuan utama mereka adalah perluasan wilayah dengan kapitalisasi dan kolonialisasi demi kepentingan ekonomi, politik, kekuasaan dan kedudukan di Bumi Cendrawasih itu.

Mereka yang belum mempunyai prospek yang pasti adalah mereka yang hidup ketergantungan dari hasil jaminan dari penghiantan. Karena hasil dari penghianatan itu, sekan-akan kehabisan keturunan-Nya sepanjang hidup mereka. Dan keturunan mereka pun tak akan mewarisi dari hasil penghianatan-Nya. Bahkan hidup mereka juga terkutuki, akibat perlakuan yang mendapatkan gaji dari hasil darah manusia yang menjadi sumber hidup-Nya

Untuk memenuhi kehidupan keluarga tentunya diambil dari hasil kerja, hasil keringat bagi mereka yang mempunyai pekerjaan. Jangan kita hidup dengan hasil penghiantan yang dibangun dari kelompok serigala yang berusaha merusak kehidupan kita sebelumnnya yang kuat. Karena menyimak kondisinya selama ini, tanpa bekerja menikmati kekayaan dan kejaan diatas Tanah Papua terus meningkat bagi orang pribumi.

Dapat disimpulakan bahwa, hidup manusia itu ditentuakan dari diri kita masing-masing, untuk meneruskan penghidupan terhadap generasi yang akan datang dengan kebutuhan yang dimiliki bagi setiap individu terhadap keturunnya. Siapun dia yang memiliki gaji yang berlipat ganda tanpa bekerja dalam hidupnya lalu berkonklomerasi kekayaan-Nya akan menanggung konsekuansinya, baik di Bumi maupun pada akhirat.

By: Gobai Awimee / Pecinta Alam Papua

Admin: suarawiyaimana.blogspot.com & wegeidanews.blogspot.com
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKCHn1YBIJK2OmcZ1A4cvBvsE8amwzBmtnWrJvRmPL2_L-kQfQbZE__c1iVs7pqKS08MkL3mnXUOHJ5xILfuu7yo3g0ei5pLXw_385xjS0regBLco_GohLxUgAlIO6t7_IBpx0C7etbdPM/s1600/
Mantan Ketua umum KNPB Pusat sekaligus juga pendiri KNPB menyampaikan pesan kepada pengurus KNPB wilayah, KNPB Konsulat dan seluh anggota KNPB sorong sampai merauke tetap mempertahankan exsitensi perlawanan terhadap kolonialisme Indonesia di West Papua secara bermartabat dan kosnsiten.

Pendiri KNPB yang kini menjadi ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP) sekaligus juga dewan Komite ULMWP dalam Buchtar Tabuni, mengharapkan agar KNPB tetap mempertahankan perlawanan dan konsisten terhadap agenda hak penetuan Nasib sendiri bagi rakyat Papua Barat.

Selain itu Buchtar Tabuni, menyapaikan kepada seluruh Anggota KNPB bersama rakyat Papua untuk tetap fokus pada pada perjuangan dan terus Mengawal ULMWP, sebagai wada kordinasi yang saat ini menjadi Anggota Obcerver di MSG.
Berikut ini adalah kutipan pesan yang disampaikan oleh Buchtar Tabuni, sebagai pendiri dan mantan Ketua umum KNPB pusat melalui pesan elektonik dari honiara Solomon Island pada tanggal 18 November 2015.

PESAN: Kepada seluruh Crew KNPB di ulang KNPB yang ke-VII pada 19 November 2015.

Kepadamu, seluruh Crew KNPB di penjuruh tanah air West Papua. .Engkau telah menunjukkan kepada lawanmu di pangung demokratis. 
1. Kenakan seragam armimu. 2. Kenakan juga kaca mata hitam ribenmu. Sebagai tanda perlawanan kita melawan penjajahan. 

Alirkan arus ini sebagai sebuah '' SIMBOL PERLAWANAN DAMAI'' yang bermartabat dan bertanggung jawab. Dan tumbuh kembangkan kepada segenap manusia melawan kolonialisme.

Buchtar Tabuni, yang kini menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) dari Kepolisian kolonial Indonesia melalui Polda Papua, tersebut juga menyampaikan bahwa, Gaji yang paling mahal bagi aktvis KNPB adalah mati dibunuh, penjarah dan Buronan.

Oleh sebab itu jagan pernah takut teradap ancaman yang dibuat oleh kolonial indonesia,tetapi tetap fokus ikuti komando dan melawan kolonial indonesia secara damai dan bermartabat. 

Akhir dari pesan ini saya sebagai pendiri KNPB sekaligus Matan ketua umum menyampaikan Selamat Merayakan HUT KNPB Ke-7, 19 November 2015. “Salama Revolusi” 

Honiara Solomon Islands 18 November 2015
By.Buchtar Tabuni. Pendiri & mantan Ketua Umum KNPB Pusat
Masyarakat Paniai Jadikan Kali Enagone Tempat Pembuangan Sampah
Tampak Kali dipenuhi sampah. (Foto: ist)
PANIAI,SUARAPAPUA.com --- Membuang sampah disembarang tempat kini menjadi persoalan utama di Ibukota Kabupaten Paniai, Enarotali.
Masyarakat Paniai, khususnya yang mendiami kota Enarotali, dinilai, tanpa merasa bersalah dengan seenaknya selalu membuang sampah disembarang tempat, terlebih di kali enagone.

Hal itu diungkapkan Semuel Yogi, salah satu tokoh intelektual asal Paniai, kepada suarapapua.com, pagi (16/1/2016) ini, di Kompas Lama.

Kali kecil yang airnya mengalir membelah jantung kota enarotali ini, Semuel katakan, kini telah berubah menjadi tempat pusat pembuangan sampah oleh seantero masyarakat Paniai.

"Saat masih kecamatan dulu, kami jadikan kali ini tempat mandi, cuci baju dan serta keperluan lainnya. Tapi sekarang setelah adanya kabupaten, kali ini telah berubah menjadi tempat orang buang sampah," kata dia.

Menurut Semuel, kebanyakan masyarakat memilih membuang sampah di kali enagone dikarenakan kurangnya penyediaan tempat sampah.

"Tempat sampah harus banyak. Semua titik dimana disitu terdapat lebih dari satu rumah harus disediakan tempat sampah. jangan hanya ditempat-tempa tertentu saja. Karena, menurut saya, jarak jauh dan dekat itu juga sangat berpengaruh," tutur dia.

Semuel menambahkan, akibatnya kini air kali enagone telah berubah warna maupun baunya. "lihat sekarang, akibat buang sampah dalam kali enagone, warnanya sudah tak bening dan baunya pun tak sedap lagi untuk dicium," bebernya.

Jika kebiasaan buruk ini tak segera dicegah, menurut dia, dampaknya akan membias sampai ke air danau paniai. "Muara dari kali ini kan di danau sana, tetap air danau akan ikut tercemar. Kalau sudah tercemar, dengan berjalannya waktu tanpa ada upaya-upaya baik tuk dicegah, semua makhluk hidup dalam danau akan mati habis," bebernya lagi.

Sehingga untuk menghindari, dia menuturkan, ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh seantero masyarakat Paniai tanpa terkecuali.

Untuk mencegah, kata dia, pertama, semua orang tanpa terkecuali harus punya kesadaran diri dalam membuang sampah. saya yakin kalau ada kesadaran diri, kita akan tahu sampah itu harus dibuang kemana.

Yang kedua, lanjut dia, harus ada terobosan-terobosan baru yang dibuat oleh pihak pemerintah daerah baik legislatif maupun yudikatif.

"Tapi bukan hanya sebatas buat kebijakan atau intruksi, harus dilanjutkan dengan kerja nyata di lapangan. Jangan terus membodohi rakyat kecil dengan tulisan-tulisan yang dipajang lewat spanduk, " beber  Samuel.

Editor: Oktovianus Pogau

STEVANUS YOGI

http://suarapapua.com/mobile/read/2016/01/16/3102/masyarakat-paniai-jadikan-kali-enagone-tempat-pembuangan-sampah#.Vpn3bm_FrBU.twitter
Sekjen Panglima Dev II Makodam Pemka IV Paniai Kolonel Silas Tobai Telah Pergi ke Bapa di Sorga Satu Bulan yang Lalu. Ia telah berdedikasi selama perjuangan hingga sampai timbulnya berambut kriting.
Sekertaris Jendral Panglima Dev II Makodam Pembelah keadilan IV Paniai Kolonel Silas Tobai Telah Pergi ke Bapak di Sorgo. 
Sekertaris Jendral Panglima Dev II Makodam Pembelah keadilan IV Paniai Kolonel Silas Tobai Telah Pergi ke Bapak di Sorga,di Paniai West Papua, Sekitar Pukul,05,26,Wpb Tanggal, 27-11-2015.
Ajudan Sekjen, Isak Bunai Mengatakan Bapak Almarhum Sekjen Silas Tobai,Perjuangan Papua barat Merdeka Paling lama dari sejak 1960-an hingga bergabung dengan Almarhum Thadius Magai Yogi, sampai tahun 2015.

Lanjut Bunai Perjuangannya Almarhum S T Paling Murni,tak pernah Menyerah diri ke Pihak Pemerintah Indonesia. Kami hanya ingin merdeka dari penjajahan Indonesia, kami sudah merdeka dan itu sudah deklarasikan pada tahun 1961" katanya.

Selama ini, kami memperjuangkan Papua barat Merdeka, dan selalu hidup dihutang rimbah, hinggah Sekjen Kolonel Silas Tobai, saatnya di Panggil oleh yang punya takta di Sorga, kata Bunai Kepada Melanesianews minggu,29-11-2015, satu bulan yang lalu.

Dan Penyakit yang telah di derita, Almarhum Bapak, Sekertaris Jendral Panglima Dev II Makodam Pembelah keadilan IV Paniai Silas Tobai, diderita kesakitan, Gula darah dan Sakit Perut, maka sakit tersebut menderita dari Rumanya sendiri dan sekitar kurang lebih 2 (dua) minggu stengah,
Dan Almarhum S.T Meninggalkan Istri dan Anak-anaknya, lalu Ia menghembuskan nafas terakhir, Jumat, 27-11-2015, Pukul 05-26 Wpb.
Menurut, Bpk Gubertus Nawipa sebagai panglima Kodam Wilayah Wedauma membenarkan berita duka tersebut. Dia adalah pejuang sejati, Ia benar-benar cinta tanah papua karena kami jatuh bangun dengan masalah ideologi ini, Ia berjuang bersama kami dari tahun 1970-an hingga sampai saat ini. Tetapi teman silas meninggalkan kami, karena Tuhan mengambil nyawanya,"kata panglima.
Keluarga Korban Minta Pangdam XVII/CenderawasihTarik Personilnya Dari Mbua
Anggota TNI (Foto: ist)
WAMENA, SUARAPAPUA.com - “Saya menunggu burung berkicau pagi hari, ternyata burungpun diam, saya bangun jam 12 siang, jadi saya pikir waktu malam, ternyata siang hari dan burung tidak berkicau karena semua sudah mati. Itu salah satu bukti kematian hewan yang saya saksikan di Mbua,” kata, Yosia Gwijangge, keluarga korban.
Yosia mengatakan, kejadian luar biasa di wilayah Mbua ini merupkana kejadian yang terjadi sebab akibat. Dimana diawali dengan kematian hewan liar dan hewan peliharaan, akhirnya kematian anak yang mencapai puluhan orang terjadi.

Oleh sebab itu, pintah Yosia, awal mula kejadian ini harus ditelusuri hingga penemuan penyakit yang sebenarnya dari hewan kemudian berlanjut ke manusia, supaya terdeteksi dan diketahui apa penyebab kematian sesunguhnya.

“Saya tanya, Pemerintah Kabupaten Nduga selama ini tidak perna ke Mbua, kenapa? Mereka harus ada di tempat dan menyampaikan ke semua orang data kematian anak dan melakukan pengobatan terus, supaya bisa menekan angka kematian,” ungkap Yosia.

Selain itu, ia mengatakan, masyarakat Nduga trauma dengan militer, terutama TNI/Polri sehingga Pangdam XVII Cenderawasih segera tarik pasukan yang berada di Mbua.

“Kami punya masyarakat di Mbua itu takut dengan tentara, sehingga mereka lihat tentara dengan senjata lengkap itu lari ke hutan, jadi kami harap Pangdam tarik pasukannya.,” tutur Yosia.

Sementara itu, Arim Tabuni, Koordinator Solidaritas Korban Jiwa Wilayah Mbua mengatakan, data terakhir kematian anak di wilayah Mbua berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan pihaknya berjumlah 54 orang.

“Data ini merupkan data terakhir di Januari 2016, tetapi kami tidak tahu kemungkinan akan terjadi kematian lagi. Jika terjadi lagi angka 54 ini akan bertambah. Untuk kami solidaritas korban jiwa tetap akan kerja terus hingga KLB ini benar-benar berhenti,” ujar Arim.

Terkait berbedaan data kamatian anak yang disampaikan Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga sebanyak 55, ditepis Arim tabuni. Menurut Arim, data dinas itu bisa dibilang banar, hanya saja mereka menyampaikan di media tanpa bukti investigatif yang jelas.

“Mereka hanya ketemu media langsung bilang data sekian, tetapi mereka tidak sampaikan ke media dengan data investigasi seperti kami buat ini. Ini juga kan terbukti, waktu itu Kadinkes Papua bilang pihaknya belum terima data resmi dari dinas Kabupaten, jadi saya tidak bisa sampaikan,” ungkap Arim menirukan pernyataan Kadinkes Papua, drg.Aloysius Giyai beberapa waktu lalu.

Sebagaimana data kematian anak itu disinggung pula Theo Hesegem, Ketua Jaringan Advokasi Penegakan Hukum dan HAM Pegunungan Tengah Papua.

Menurutnya, angka 54 itu berdasarkan data yang diambil solidaritas korban jiwa Mbua, tetapi ada daerah lain yang coba dilakukan investigas oleh solidaritas ini yang dihalangi oleh oknum tertentu, sehingga mereka tidak sempat mendata.

“Mungkin mereka tidak senang, karena akibat dari ketidakhadiran petugas kesehatan di daerah itu, sehingga dampaknya kena adik-adik mahasiswa ini. Jika didata semua kemungkinan bisa melebihi,” pungkas Theo Hesegem.

ELISA SEKENYAP

Sumber :www.suarapapua.com

ARTIKEL & OPINI